SUMBARKITA.ID — Total ikan milik petani keramba jaring apung (KJA) di Danau Maninjau yang mati sejak 6 sampai 21 Desember 2021 diperkirakan mencapai 912 ton. Akibat peristiwa ini petani KJA diperkirakan mengalami kerugian sekitar Rp18,24 miliar.
Kepala Dinas Perikanan dan Ketahanan Pangan Kabupaten Agam Rosva Deswira mengatakan, estimasi kerugian tersebut berdasarkan harga ikan di tingkat petani yang mencapai Rp 20 ribu per kilogram.
“Ikan yang mati massal ini berupa ika ikan jenis nila dan mas siap panen pada ratusan keramba jaring apung. Kerugiannya tentu besar,” kata Rosva, Rabu (22/12/2021).
Ia merinci ratusan ton ikan mati tersebut yakni di Nagari Tanjung Sani sebanyak 400 ton, Nagari Koto Kaciak 300 ton, Nagari Koto Malintang 12 ton dan Nagari Koto Gadang Anam Koto 200 ton.
Dijelaskan lebih lanjut, kematian ikan dalam jumlah besar itu diduga karena kekurangan oksigen pasca angin kencang disertai curah hujan tinggi melanda kawasan tersebut.
“Cuaca ekstrem ini menyebakan pasokan oksigen di perairan danau vulkanik itu berkurang, sehingga ikan menjadi pusing dan mati,” terang dia.
Rosza menambahkan, saat ini di Danau Maninjau terdapat sekitar 17.000 petak KJA, dimana sekitar 70 persen KJA tersebut diisi bibit ikan oleh petani.
Sebelumnya diberitakan, peristiwa ikan mati mendadak di danau Maninjau Kabupaten Agam kembali terjadi sejak Sabtu (11/12/2021).
Wali Nagari Koto Kaciak Syawaldi mengatakan, kematian ikan KJA sudah terlihat sejak Sabtu sore dan terus berlanjut hingga beberapa hari.
Saat itu, Syawaldi memperkirakan jumlah iklan yang mati diperkirakan mencapai ratusan ton. (bu/sk)