SUMBARKITA.ID — Epidemiolog Universitas Griffith Dicky Budiman menyampaikan beberapa hal yang menjadi bahaya virus Nipah hingga berpotensi besar menjadi pandemi.
Pertama, karena virus itu memiliki potensi kematian yang tinggi hingga 75 persen.
“Angka kematiannya bisa sampai 75 persen. yang membuat dia juga bisa menjadi pandemi lalu dia mudah dan cepat menular,” ujarnya dilansir CNNIndonesia, Selasa (26/1/2021).
“Itu berarti tiga dari empat orang yang tertular bisa meninggal, itu tinggi sekali,” tambahnya.
Sehingga menurutnya jika menular di satu populasi, virus ini bisa menghabiskan tigaperempat populasi itu. Sehingga, hal inilah yang menurut Dicky menjadi penyebab virus ini ada di daftar teratas virus yang diwaspadai menjadi pandemi berikutnya.
Kedua, virus nipah adalah patogen baru sehingga manusia belum memiliki kekebalan atas virus ini. Selain itu, belum ada obat dan vaksin yang tersedia untuk menangani virus ini. Berdasarkan laman WHO, selama ini pasien hanya mendapat perawatan standar agar sembuh.
Ketiga, virus Nipah memiliki masa inkubasi yang panjang, yaitu hampir sebulan. Hal ini menyebabkan kekhawatiran jika virus ini menyebar ke Indonesia.
Keempat, virus ini harus diwaspadai dengan serius karena memiliki manifestasi klinis atau gejala klinis yang bervariasi. Ada yang bergejala sampai menyebabkan gangguan pernapasan hingga ensefalitis(radang otak) dan hingga kini belum ditemukan obat serta vaksin untuk menangani virus Nipah.
Hal yang tidak luput menjadi perhatian adalah kesiapan pemerintah dalam mempertebal sistem dan fasilitas kesehatan dalam negeri. Menurutnya, dengan adanya virus Nipah ini pemerintah harus siap dengan lonjakan kematian berkali lipat.
“Tentu kalau kita tidak siap sistem kesehatan kita akan lebih banyak kasus kematiannya. Karena bisa jadi double atau triple jumlah kematiannya,” ucapnya.
Disamping itu, Dicky menyinggung kesinambungan perilaku manusia dengan ekosistem alam yang dinilai kurang harmonis. Ketidakharmonisan ini menyebabkan perubahan iklim yang selaras dengan munculnya virus-virus baru.
“Saat ini kita memasuki era pandemi. Dengan perilaku manusia yang mengabaikan keseimbangan alam, dengan adanya pembabatan hutan, dengan perilaku tidak harmonis lainnya membuat dunia semakin rawan. Perubahan iklim makin memperburuk situasi,” ujar Dicky.
Kini di dunia terdapat 1,6 juta jenis virus yang tercatat oleh WHO. Sebanyak 800 ribu di antaranya menyebabkan infeksi pada manusia.
Ia pun menekankan perlunya menjaga kelestarian alam untuk menjaga penularan virus dari hewan ke manusia. Sebab, kerusakan hutan dan pemanasan global menjadi salah satu penyebab makin banyak penularan dari hewan ke manusia. (sk/cnn)