SUMBARKITA.ID – Pertempuran antara militer Ukraina dan Rusia yang telah berlangsung sejak 24 Februari 2022 silam hingga saat ini belum juga memperlihatkan titik terang untuk berkesudahan. Bahkan perang semakin meluas dan terus memakan korban jiwa.
Ukraina melalui Presiden Volodymyr Zelensky mengklaim pihaknya kehilangan 60-100 tentara setiap hari dalam setiap pertempuan. Angka ini membuat orang nomor 1 di Ukraina tersebut dapat mengklaim perang Rusia dan Ukraina lebih besar dan kejam dibandingkan perang AS dan Vietnam di tahun 1968.
Dikutip dari VoA, tingginya angka kematian dalam pertempuran Rusia dan Ukraina ini disebabkan konsentrasi militer Rusia terfokus di Ukraina Timur.
Dengan begitu, areal pertempuran akan semakin kecil dan membuat ruang gerak para prajurit semakin sempit. Sedangkan pertempuran kedua belah pihak menjadi terpusat.
“Setiap hari kami kehilangan 60-100 prajurit dalam pertempuran yang terpusat di Ukraina Timur. Ini sebuah tragedi dan lebih besar dari perang AS di Vietnam tahun 1968 yang rata-rata kehilangan 40-50 prajurit setiap hari,” ucap Zelensky.
Sebelum terjadi perang Rusia dan Ukraina, negara pecahan Uni Soviet ini memiliki sekitar 250.000 tentara laki-laki dan perempuan. Kemudian dalam masa darurat militer merekrut sebanyak 100.000 prajurit dari kalangan sipil.
Pensiunan Letnan Jenderal AS Ben Hodges menggambarkan strategi Rusia sebagai “pendekatan gesekan abad pertengahan” dan mengatakan “korban semacam ini akan terus berjatuhan” sampai Ukraina menerima kiriman senjata yang dijanjikan oleh AS, Inggris, dan lainnya untuk menghancurkan dan mengganggu kekuatan militer Rusia.
Sebelumnya diberitakan Ukraina telah mengidentifikasi lebih dari 600 warga Rusia yang disangka melakukan kejahatan perang, dan sekitar 80 di antaranya telah mulai diadili, kata Jaksa Agung UkrainaIryna Venediktova, Selasa (31/5/2022).
Daftar tersangka itu mencakup “petinggi militer, politikus dan agen propaganda Rusia”, katanya dalam konferensi pers di Den Haag, Belanda.
Venediktova mengatakan Estonia, Latvia, dan Slovakia telah memutuskan untuk bergabung dengan tim investigasi internasional di Ukraina. (*)
Editor : Hajrafiv Satya Nugraha