SUMBARKITA – Festival Pamalayu yang diadakan di Komplek Candi Pulau Sawah, Siguntur, Dharmasraya berlangsung sejak Kamis (18/8/2022) hingga berakhir pada Selasa (23/8/2022), dengan tema “Keselarasan Alam Raya”.
Di antara rangkaian gelaran festival tersebut, hadir pameran artefak-artefak kuno, sebagai penerapan nilai penghargaan sejarah dalam kegiatan yang diadakan sejak 2019 ini.
“Jadi, kita Balai Pelestarian Cagar Budaya memang bertugas melestarikan cagar budaya, termasuk di daerah Dharmasraya sendiri,” ungkap Azwar, seorang pamong budaya ketika ditemui Sumbarkita di lokasi gelaran Festival Pamalayu.
Ia menegaskan, Dharmasraya memiliki banyak peninggalan klasik, bahkan sejarah penyebaran Hindu-Buddha di Indonesia.
Baca Juga : Warga Dharmasraya Habiskan Dana Miliaran Bangun Masjid Mirip Ka’bah
Bahkan Ekspedisi Pamalayu yang diperkirakan berlangsung pada tahun 1275-1286, dalam Kitab Negarakartagama disebutkan bahwa Raja Kertanegara dari kerajaan Singhasari memberikan Arca Amogapasha kepada penguasa tanah Malayu (Melayu sekarang) bernama Srimat Tribuwanaraja Mauliwarmadewa yang kemudian disimpan di Museum Nasional, bukti kerja sama antara Jawa dengan Sumatera.
Berdasarkan catatan sejarah, ekspedisi itu sendiri dilakukan untuk menperkuat persejutuan antar kerajaan dalam membendung serangan Kubilai Khan dari Mongol.
Selain arca Amogapasha, Arca Bhairawa yang memiliki tinggi lebih dari 4 meter juga ditemukan di Dharmasraya sebagai bukti kerja sama Melayu-Jawa, tepatnya sekitar Candi Padang Roco
“Lantas, apa relevansinya pameran artefak ini dengan Festival Pamalayu? BPCB intens melakukan penelitian di Dharmasraya sejak 1990-an. Karena kami dibiayai negara dan pajak oleh rakyat, tentu kami harus mempublikasikan hasil penelitian kami, termasuk hasil-hasil temuan ketika ekskavasi atau proses penggalian bukti-bukti sejarah seperti candi dan sebagainya,” papar Azwar.